Sehubungan dengan perkembangan Merapi terkini dan sesuai dengan arahan Bapak Rektor dimohon para warga UGM sesuai dengan kapasitas masing-masing (utamanya para Pimpinan) dapat mangambil kebijakan seiring dengan perkembangan informasi tentang Merapi dan masing-masing unit kerja. Bagi para warga UGM yang kebetulan berada pada zona yang dianggap tidak aman diminta tetap mengutamakan keselamatan keluarga, diri dan lingkungannya. tidak perlu risau dengan urusan kantor. Adapun warga yang kebetulan berada di zona aman tetap melakukan kegiatannya sesuai dengan situasi sembari koordinasi intensif sesama warga sivitas akademika untuk meringankan beban penderitaan para warga yang kena musibah. Bagi warga yang saat ini menjadi relawan dipersilakan tetap melaksankan tugas sebaik-baiknya.

Demikian yang bisa kami sampaikan saat ini, teriring doa semoga kita selalu berada dalam lindunganNYA.

Terima kasih, wassalam.

Djoko Moerdiyanto

Sabtu pagi pukul 06:00 WIB tanggal 23 Oktober 2010 dalam rangkaian acara FIKI 2010 yang diselenggarakan oleh SIMKES dengan support oleh Telkom Indonesia, WHO, GTZ dan juga media patner oleh Trans7, rombongan field trip yang terdiri dari 28 peserta dan 4 orang pendamping dari SIMKES UGM. Dari 28 Peserta

Rombongan Field Trip FIKI 2010

Rombongan Field Trip FIKI 2010

tersebut datang dari berbagai daerah, berbagai institusi dan juga profesi yaitu ada datang dari perwakilan GTZ, UNAIR, UKRIDA, Univ. YARSI, RSCM, RSUD SORONG, RS Panti Rapih, RS Sardjito, Dinkes NTB, SULTENG, Kutai Timur, Banda Aceh, dan juga mahasiswa S2 SIMKES itu sendiri yang notabene juga berasal dari berbagai daerah dan profesi.

Field Trip kali ini akan mengunjungi 4 Lokasi pelayanan kesehatan yang sudah menerapkan teknologi informasi dalam hal pelayanan terhadap pasien dan boleh dibilang sudah baik dan sukses. Untuk lokasi awal yang menjadi target kunjungan kali adalah salah satu puskesmas yang ada dikabupaten Purworejo yaitu Puskesmas Bayan, disini kita langsung melihat user/SDM yang ada disana melayani pasien dimulai dari proses pendaftaran hingga pasien mendapatkan resep obat sudah dilayani dengan aplikasi elektronik yang biasa kita sebut SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), sebelumnya kedatangan kita di trima terlebih dahulu oleh pihak Dinkes Purworejo dan kepala puskesmas Bayan, disini kita dipaparkan asal mula diterapkannya teknologi informasi di dalam puskesmas Bayan, di situ dijelaskan pada awalnya mereka mengalami berbagai macam kesulitan dalam hal penerapan. Kesulitan yang paling besar adalah dalam hal SDM yang pada saat itu masih awam akan hal-hal yang berbau teknologi, dengan niat dan usaha maksimal dari mereka serta fasilitas yang diberikan oleh dinkes pada akhirnya dapat tercapai tujuan utama dari penerapan aplikasi SIMPUS.

Setelah peserta field trip melakukan wawancara langsung ke user yang ada di Puskesmas Bayan kemudian foto bersama di depan gedung puskesmas, kemudian kita langsung menuju ke Dinkes Purworejo untuk melihat langsung pemaparan dan teknis pengumpulan data-data SIMPUS dari puskesmas yang ada di Kabupaten Purworejo, setibanya di dinkes Purworejo peserta langsung disambut dan di arahkan masuk kedalam Aula untuk terlebih dahulu melihat presentasi pemaparan oleh Pak Erwin selaku Kepala Seksi Data dan Informasi di Dinkes Purworejo, di sini beliau menjelaskan mulai kapan daerah Purworejo mulai tertarik akan teknologi informasi serta menjelaskan pula berbagai macam halangan dan rintangan yang dihadapi sampai dengan hari ini yang boleh kita bilang sukses dalam hal implementasinya. Di sesi ini pula diadakan tanya jawab antar peserta dengan pak Erwin dan juga kepala puskesmas Bayan, sesi ini lebih kepada hal sharing pengalaman dan kiat-kiat sukses untuk para peserta field trip jika mereka berniat mencoba mengimplemantasikan teknologi informasi di daerahnya masing-masing.

Kemudian kita menuju lokasi ketiga yaitu RS Bethesda di Jogja, Pukul 12:30 an, kita disambut pihak Rumah

Foto Bersama direktur RS Bethesda

Foto Bersama direktur RS Bethesda

Sakit, setelah makan siang di sana kita disamabut langsung oleh Direktur RS Bethesda Bapak dr.Sugianto,Sp.S.,PhD kemudian dilanjutkan pemaparan materi tentang Implementasi teknologi informasi di RS Bethesda oleh kepala PDE bapak Yusak Wibowo dan selanjutnya ditutup dengan mendampingi peserta melihat situasiimplementasi disana dengan di bagi 2 kelompok mengingat waktu dan peserta yang dianggap terlalu banyak.

Peserta melihat Aplikasi di bagian pendaftaran

Peserta melihat Aplikasi di bagian pendaftaran

Selesai di Bethesda kita langsung menuju lokasi ke empat yaitu Gama Medical Center (GMC), disana kita sudah di tunggu oleh bapak Dr. Dicky Moch Rizal dan bapak Dudi selaku Administratif di GMC disana rombongan peserta dipersilahkan masuk keruang presentasi untuk mendengarkan pemaparan dari bapak Dudie kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab sampai akhirnya peserta rombongan diajak melihat-lihat implementasi teknologi informasi yang sudah diterapkan baik disana, dimulai dibagian pendaftaran hingga ruang periksa dokter yang sudah komputerisasi. Pukul 16:00 WIB rangkaian acara field trip sudah selesai dilaksanakan sekarang tiba saatnya untuk pulang dimana sebelumnya di tutup oleh Bapak Anis Fuad, D.E.A selaku pimpinan rombongan, dalam sambutan penutup beliau menyampaikan permintaan maaf yang sebesar besarnya kepada peserta field trip FIKI 2010 atas segala kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan dan semoga acara ini bisa menjadikan motivator yang kuat di hati peserta untuk menjadikan tempat kerja masing-masing untuk meniru keberhasilan tempat-tempat yang telah dikunjungi.

Sesi ini diisi oleh dua pembicara yaitu Rohan Fisher dari Charles Darwin University dan Ir. Zubaedah, MA dari GTZ. Keduanya dimoderatori oleh dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph.D.

Pada sesi ini, keduanya menceritakan mengenai pengalaman implementasi pengembangan sistem informasi di Indonesia bagian timur yaitu NTT dan NTB. Rohan berbagi pengalaman penggunaan sistem informasi geografis untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Menurut Rohan, pemilihan aplikasi yang digunakan tidak harus mahal namun harus disesuaikan dengan keadaan lokal, seperti dipilihnya OpenJump dan beberapa aplikasi yang gratis ataupun open source. Penting diketahui bahwa sistem informasi geografis tidak selalu mahal, namun memiliki potensi yang besar.Peta NTT yang digunakan untuk pemetaan tersebut menggunakan bpeta dari berbagai macam sumber, salah satunya bahkan digitasi dari peta hard copy.

Ir. Zubaedah memiliki pengalaman yang berbeda dan juga meliputi NTB. Penekanan yang dilakukan oleh Zubaedah lebih ke arah perencanaan berbasis fakta dan untuk kebijakan. Tindakan yang dilakukan berupa pengayaan di bidang sumber daya manusia, infrastruktur dan dukungan teknis. Untuk pengembangan SDM, yang dilakukan berupa on the job training dan asistensi. Pada prosesnya Zubaedah juga mengalami berbagai tantangan seperti sulitnya merubah perilaku, adanya variasi komitmen dan pola kepemimpinan, adanya kepentingan politik, dan waktu pendanaan. Selain itu selama masa itu, terdapat beberapa perubahan struktur Puskesmas di daerah-daerah tersebut. Pada akhirnya pengembangan ini diharapkan menjembatani transfer informasi dalam sistem kesehatan secara satu pintu sehingga tidak banyak lagi didapati data yang redundant dan mengurangi beban pekerjaan staf yang bersangkutan.

Unduh presentasi Rohan Fisher di sini : Simple and effective decentralize health mapping for improving health service delivery in NTT

Unduh presentasi Ir. Zubaedah, MA di sini : Implementing the one gate HIS in NTB and NTT

Sesi ini dimoderatori oleh dr. Lutfan Lazuardi, M.Kes, Ph.D, dibagi menjadi beberapa bagian, yang pertama adalah upaya Kemenkes untuk penerapan standardisasi sistem informasi kesehatan yang disampaikan oleh Kepala Pusdasure, dr. Jane Soepardi, MPH, Dsc. Pada presentasinya, dr. Jane mengingatkan bahwa sebelum melangkah ke standard, kita perlu kembali ke tujuan awal dari sistem informasi manajemen kesehatan terlebih dahulu. Setelah itu baru masuk ke indikator yang diperlukan dan beralih ke standard. Di berbagai peraturan perundangan, telah banyak disebut mengenai standard untuk berbagai kelas indikator mulai dari tenaga kesehatan, obat, fasilitas pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Di sini peran Kemenkes adalah membuat pedoman untuk SIK, menentukan daerah prioritas untuk pengembangan SIKDA, biasanya penentuannya berdasarkan masalah kesehatannya dan infrastruktur yang tersedia. Tim pembuat keputusan (decision making team)-nya juga terstruktur dan terdiri dari berbagai pihak.

Ir. Zaenal A. Hasibuan, MLS, PhD menegaskan presentasi dr. Jane dengan pemaparan kerangka strategis e-Health sebagai salah satu perwujudan pengembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia. Ir. Zaenal menyampaikan bahwa saat ini Indonesia memiliki potensi pengembangan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) yang cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam pengoptimalan tersebut, terdapat beberapa hal yang penting diperhatikan seperti menjamin ketersinambungan, sinergi berbagai inisiatif, dan integrasi. Meskipun demikian, Ir. Zaenal juga menyatakan bahwa pada kenyataan di lapangan, seringkali implementasi dan pengembangan SI tidak sesuai dengan idealisme yang dipelajari ataupun diperoleh dari teori, banyak penyesuaian yang perlu dilakukan.

Dari kedua presentasi sebelumnya yang berasal dari level yang lebih sentral, maka Haryanto, SKM, M.Kes menutup sesi tersebut dengan pengalaman integrasi sistem informasi di Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman yang berasal dari beberapa vendor. Haryanto menekankan pentingnya komitmen pembuat kebijakan dan langkah demi langkah untuk keberhasilan integrasi tersebut. Proses yang dilalui oleh Dinkes Kab Sleman juga bukan merupakan proses yang instan dan mudah.

Unduh presentasi dr. Jane Soepardi, MPH, Dsc di sini : Upaya Kemenkes dalam Menerapkan Sistem Informasi Kesehatan

Unduh presentasi Ir. Zaenal A. Hasibuan, MLS, PhD di sini : Kerangka strategis e-health Indonesia: optimalisasi layanan kesehatan prima

Unduh presentasi Haryanto, SKM, M.Kes di sini : Pengalaman Integrasi Data Kesehatan di Dinkes Kab Sleman

Workshop HealthMapper membuka FIKI 2010 pada tanggal 21 Oktober 2010. Para peserta hadir dari berbagai instansi mulai dari dinas kesehatan kabupaten maupun provinsi, rumah sakit maupun institusi akademik dan berbagai institusi penyedia pelayanan kesehatan lainnya. Tiga puluh dua peserta datang dari lebih dari 16 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia dengan kemampuan dan pengalaman di bidang SIG (sistem informasi geografis) dan penggunaan software pemetaan yang beraneka ragam.

Pelatihan yang berjalan dua hari ini mengundang Ari Handoko dari WHO dan Moch. Sofyan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul sebagai narasumber, trainer sekaligus fasilitator bersama dengan fasilitator internal SIMKES FK UGM, Aprisa Chrysantina. Pada pelatihan tersebut, para peserta menggunakan data dummy profil kesehatan suatu kabupaten kemudian memproses data tersebut dari tabel berupa file Excel menjadi sebuah peta tematik untuk analisis sederhana. Workshop ini berjalan secara serius tapi santai.

Peserta dibagikan materi berupa CD yang berisi file lengkap petunjuk penggunaan HealthMapper, berbagai data, catatan dan peta. Workshop ditutup bersama dengan OpenMRS Short Course yang dilaksanakan secara paralel oleh Anis Fuad selaku ketua panitia Forum Informatika Kesehatan Indonesia 2010. Pada penutupan tersebut, Anis sempat menyampaikan ajakan untuk meneruskan kegiatan yang berguna ini dan membentuk jaringan komunitas baik OpenMRS maupun HealthMapper.