Dalam persiapannya, UHC juga perlu mempertimbangkan pemanfaatan IT untuk operasional, manaemen informasi dan pendukung keputusan. Dalam rekomendasi JLN (Joint Learning Network) juga disebutkan IT merupakan functinal requrement untuk operasional UHC. Bagaimana tidak, berbagai aktivitas dalam core business UHC sangat memerlukan sistem yang berbasis komputer. Contoh sederhana adalah kepesertaan dan skema asuransi yang dimiliki oleh setiap peserta, klaim rumah sakit terhadap pelayanan yang diberikan, penghitungan premi asuransi secara kapitasi berdasarkan beban pelayanan kesehatan serta proses monitoring dan evaluasi pelaksanaan UHC. Semua aktivitas tersebut memerlukan alat bantu berupa teknologi informasi dan komunikasi agar lebih efektif dan efisiensi.
Dalam salah satu sesi workshop Exchange and Study Program on UHC and information systems to support UHC yang diselenggarakan oleh International Health Policy Program (IHPP) yang bekerjasama dengan National Health Security Office (NHSO – Sebuah badan penyelenggara asuransi kesehatan semesta di Thailand) tanggal 19-23 Agustus 2013, salah satu narasumber Ms. Netnapis Suchonwanich menyebutkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi (ICT) merupakan pendukung penting keberhasilan UHC. Lebih dari 1.200 rumah sakit, 8.000 primary health centers, 77 provinsi dan 13 kantor cabang terhubung dengan database NHSO melalui jaringan internet, yang digunakan untuk mendukung pelayanan UHC, mulai dari pengecekan skema dan kelayakan kepesertaan jaminan kesehatan untuk pasien yang berkunjung, melakukan klaim secara elektronik sampai layanan pengaduan pelanggan (customer service).
Rangkaian FIKI hari terakhir ditutup dengan WHO Side Meeting yang diselenggarakan pada 25 April 2013 bertempat di Gedung G, Universitas Dian Nuswantoro. Kegiatan ini diikuti oleh WHO (Jyotsna Chikersal, Jason F. Pickering), Prof. Jorn Braa (University of Oslo), University of the Philippines Manila – National Telehealth Center (Christine A. Ceblano dan Alex Gavino), PUSDATIN Kementerian Kesehatan RI, perwakilan Dinas Kesehatan di Jawa Tengah dan DIY (Dinkes Jawa Tengah, Dinkes Wonosobo, Dinkes Provinsi DI Yogykarta, Dinkes kota Yogyakarta, Dinkes Kota Yogyakarta, Dinkes Kab. Gunungkidul, Dinkes Kab. Bantul), FKM UDINUS, SIMKES UGM, vendor SIMPUS, dll.
Side meeting kali ini bertujuan untuk mendiskusikan potensi pemanfaatan DHIS2 di Indonesia sekaligus sharing knowledge dari narasumber serta pengalaman dari Tim Jogja yang sebelumnya telah melaksanakan workshop kustomisasi aplikasi DHIS2 di Provinsi DI Yogyakarta. Adapun agenda pertemuan dalam WHO Side Meeting kali ini yaitu
Sesi 1. History and lesson learneds of DHIS2
- Background and overview of DHIS2 Workshop oleh Jyotsna Chikersal (WHO)
- DHIS2 History and Global Lesson Learned oleh Jorn Braa (University of Oslo)
- Current Situation of HIS in Indonesia oleh drg. Rudy Kurniawan, M.Kes (PUSDATIN Kemenkes RI)
Sesi 2. Knowledge Sharing
- Sharing Experience on how to develop local information system oleh Christine A. Ceblano (National Telehealth Center Philippine)
- DHIS2 Pilot Project in Yogyakarta oleh Ani Roswiani (Dinkes DIY), Noor Faizah (Dinkes Gunungkidul), Moch. Sofyan (Dinkes Bantul), dan Anwar Dwi Cahyono (Dinkes kota Yogyakarta).
- Innovative and Modification of DHIS 2 Integration oleh Jason F. Pickering (WHO DHIS2 Consultant)
Sesi 3. Group Discussion
Sesi diskusi ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi mengenai potensi pemanfaatan DHIS2. Di dalam sesi ini, peserta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tim Government dan tim teknis. Notulensi hasil diskusi dapat didownload disini.
Salah satu yang menarik didiskusikan di FIKI 2013 Semarang yang diselenggarakan oleh Universitas Dian Nuswantoro adalah workshop health data standard. Workshop yang didukung oleh WHO Indonesia ini memaparkan pentingnya Indonesia dalam menyusun Health Data Standard (HDS) sesuai dengan kebutuhan spesifik negara. WHO sendiri dalam pemaparan oleh Jyotsna Chikersal (WHO-SEARO) menyebutkan inline-nya penyusunan HDS ini terhadap upaya global dalam Commission on Information Accountability (COIA), dimana penekanannya adalah pada sistem informasi kesehatan skala nasional. Jika dijabarkan lebih lanjut terdapat aspek inovasi (penggunaan teknologi informasi), dimana aspek standardisasai data menjadi aspek penting memperkuat sistem informasi kesehatan nasional. Disini peran HDS menjadi penting. Beberapa langkah pembentukan HDS di Indonesia antara lain:
- Develop national eHealth architecture
- National portfolio of health data standard
- Enforce data standard
- E-Health capacity building
- Ongoing collaboration with all stakeholders
Menurut narasumber dari Kementrian Kesehatan (Rudy Kurniawan), Kementrian Dalam Negri dan Kementrian Kominfo (Teguh Arifiandi) beberapa aspek telah dipersiapkan antara lain:
- Assessment E-health untuk skala pusat menggunakan tools assessment COIA tools yang menunjukkan aspek kekuatan dan kelemahan sistem informasi kesehatan.
- Beberapa aktivitas telah dilakukan yang mengarah pada HDS yaitu pembuatan minimum dataset
- Beberapa standar telah diadopsi, mulai dari standard diagnosis medis (ICD-10) dan protokol pertukaran data (HL-7)
- Infrastruktur data center dalam proses pembangunana, dimana jaringan SIKNAS Online telah tersedia sejak beberapa tahun lalu.
- Regulasi penguatan sistem informasi kesehatan telah dibuat yang berupa PP terkait SIK, Road Map, dan Pedoman SIK
– Tatakelola: core team, working group
– Working group SNI akan mengambil
– Standard internasional: ICD-10, kode fasilitas kesehatan (hospital and primary health center), MoU with Mendagri to use National ID
– Standar reporting yang conventional (SP2TP dan SIRS)
– Aplikasi: SIKDA Generik Puskesmas, SIMRS Generik
– SDMX-HD for reporting systems dan HL7 for individual interoperability
– Paling tidak bagus adalah keamanan/security aspects
Menindaklanjuti kolaborasi antara Fakultas Kedokteran UGM dan University of Oslo, Norwegia maka diselenggarakan pelatihan dan kustomisasi aplikasi District Health Information System (DHIS2) oleh Minat SIMKES S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM. DHIS2 merupakan suatu aplikasi Bank Data berbasis web yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, analisis dan presentasi indikator kesehatan suatu daerah. Dalam pelatihan ini, University of Oslo menunjuk tim dari HISP India untuk memfasilitasi proses pelatihan dan kustomisasi DHIS2 kepada petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Puskesmas serta staf SIMKES.
Pelatihan ini melibatkan 5 Dinkes Kabupaten/Kota (Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, Yogyakarta) dan Dinkes Provinsi DI Yogyakarta mulai tgl 8 – 22 April 2013 bertempat di Lab SIMPELKES, Ged. Radiopoetro Lt. 1 Fakultas Kedokteran UGM. Aktivitas pelatihan meliputi pemberian pelatihan dan kustomisasi DHIS2 dengan case study pelaporan kesehatan Ibu dan Anak di DI Yogyakarta. Proses kustomisasi yang dilakukan meliputi: Read more