Tanggal 5 Agustus 2009 yang lalu, diselenggarakan Seminar Nasional JGOS (Jogja Go Open Source) 2009 bertajuk “Strategi Migrasi Open Source” di University Club UGM.

Hadir sebagai pembicara utama adalah Ir. Lolly Amalia, M.Sc dari Depkominfo yang mengemukakan latar belakang migrasi open source mulai dari UU No 19/2002 mengenai Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, di mana saat ini Indonesia masih berada dalam Watch List salah satunya karena isyu pembajakan (piracy) yang masih sangat banyak terjadi di Indonesia. Hal ini diamini Drs. Rudi Firdaus, M.Ba, M.Si (Kepala Informasi dan Telematika Pemerintah Kota Yogyakarta), dan Dr. Tech. Khabib Mustofa, S.Si, M.Kom (Koordinator POSS UGM) sebagai pembicara.

Sedangkan Judi Rifajantoro sebagai Senior General Manger IS Center PT. Telkom banyak membagikan pengalaman migrasi open source di PT. Telkom. Beberapa isyu praktis yang dibahas dalam seminar tersebut antara lain adalah cara meyakinkan level manajerial yang lebih tinggi untuk mendapatkan dukungan terhadap implementasi migrasi open source dan cara menggerakkan sumber daya manusia untuk mengimplementasikan migrasi open source.

Tips strategi migrasi dari Judi di antaranya adalah dengan melaksanakan implementasi yang bertahap (gradual implementation), didukung top down policy dan training for tutor, di mana tutor yang dimaksud berasal dari level manajer. Judi juga menambahkan bahwa vendor open source yang dipilih sebaiknya juga merupakan vendor yang memiliki software maupun sistem operasi yang telah matang (mature/proven) dan didukung oleh supporting community yang baik sehingga mempermudah pelaksanaan migrasi di lapangan.

Bertepatan dengan hari Valentine (bagi Anda yang merayakan) yaitu pada hari Sabtu 14 Februari 2009, SIMKES menyelenggarakan sebuah seminar bertajuk “Sosioteknis dalam Penerapan Komputerisasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan” di Auditorium PSIK UGM. Dalam seminar ini hadir sebagai pembicara adalah Rahardjo, ST; Anis Fuad, DEA; Erwin Setyoaji, SKM, MKes; dr. Pudjo Sardjono, MSi; drg. Rina Sosetyawati; Dr. Bambang Hartono, MSc dan dr. Bambang Setia Sutrisno. Tampil sebagai moderator dan pembahas yaitu dr. Lutfan Lazuardi, MPH; Surahyo, BEng, MEng; dan Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH.

Pada kesempatan tersebut Raharjo menjelaskan bahwa kini aplikasi sistem informasi yang tersedia untuk diterapkan di Dinkes maupun Puskesmas memiliki jenis dan desain yang beragam, demikian pula aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih aplikasi tersebut. Aplikasi yang telah dipilih nantinya diharapkan dapat berfungsi sebagai “health intelligent” yang oleh Anis dipaparkan sebagai fungsi hirarkis tertinggi sebuah transaksi atau pertukaran data. Health intelligent adalah ketika data dapat melakukan fungsi seperti memprediksi KLB (Kejadian Luar Biasa) dan sebagainya dengan menggunakan jejaring, perhitungan matematis dan prediktif yang dilakukan secara multi-user. Setelah sesi pertama, para peserta berbondong-bondong menyaksikan simulasi SIMPUS Dinkes Kab. Ngawi, Purworejo, dan SIMPUS yang dikembangkan oleh Raharjo sambil menikmati tea break.Peserta seminar menyaksikan pameran simulasi simpus

Seminar ini dimeriahkan oleh Erwin, Pudjo dan Rina yang mengisahkan kembali perjuangan ketiganya dalam mengembangkan SIMPUS, masing-masing di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, Kabupaten Ngawi, dan Puskesmas di Wonosobo. Celetuk lucu, cerita mengharukan dan menginspirasi dari ketiganya juga disertai berbagai tips untuk peserta jika ingin mengembangkan sistem informasi di instansinya masing-masing.

Seminar diakhiri oleh duet Bambang Hartono dan Bambang Setia, pada kesempatan itulah Bambang Hartono memaparkan kebijakan Depkes terkait dengan komputerisasi di Puskesmas maupun Dinkes. Hal ini mendasar dan pada hakekatnya bertindak sebagai fondasi dalam upaya komputerisasi yang telah dibahas oleh pembicara-pembicara sebelumnya.

Sebelum peserta pulang, Anis sempat menyatakan harapan akan adanya seminar serupa di waktu yang mendatang dengan fokus lebih kepada user. Tentu saja disertai harapan supaya setiap peserta pulang dengan membawa oleh-oleh berharga untuk instansinya berupa ide-ide baru dan pencerahan terutama dalam hal komputerisasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

Beberapa materi Seminar Sosioteknis dalam Penetapan Komputerisasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan dapat didownload dengan menge-klik link di bawah ini:

  1. SIMPUS Sebuah Pilihan (Raharjo, ST)
  2. Dari Transaksi ke Intelijen (Anis Fuad, DEA)
  3. Aspek Politik Dalam Pengembangan SIKDA (drg. Rina Sosetyawati)
  4. Kebijakan Depkes Tentang Komputerisasi di Puskesmas dan Dinas Kesehatan (dr. Bambang Setia Sutrisno)


Pertengahan bulan Februari 2009 ini Minat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan mengadakan seminar sehari yang bertajuk “Sosioteknis dalam penerapan komputerisasi puskesmas dan dinas kesehatan”.
Pada seminar ini akan dihadirkan narasumber yang berpengalaman di bidang sistem informasi kesehatan, yaitu: Raharjo, ST, Anis Fuad, DEA, Erwin Susetyoaji, SKM, MKes, Dr. Pudjo, MSi, drg. Rina Sosetyawati.

Seminar yang akan dilaksanakan bertempat di Auditorium PSIK FK UGM ini diharapkan dapat bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan komputerisasi di puskesmas maupun di dinas kesehatan, baik dari aspek teknologi maupun sosial. Dengan demikian bisa mengungkap persoalan-persoalan yang ada di lapangan dan membahas strategi untuk mengatasinya secara detail.

Peserta seminar yang diharapkan bisa hadir dalam acara tersebut adalah Kepala puskesmas, pejabat struktural di dinas kesehatan, vendor pengembang aplikasi teknologi informasi kesehatan, mahasiswa ataupun umum.
Peserta dapat melakukan pendaftaran dengan mengisi formulir yang telah disediakan pada bagian bawah halaman ini. Keterangan lebih detail bisa dilihat pada liflet yang bisa didownload dari link berikut ini: [download liflet] atau bisa menghubungi sekretariat melalui telepon 0274 549432
Formulir Pendaftaran

Pengantar

GIS atau geographic information system merupakan salah satu pendekatan penting dalam bidang kesehatan masyarakat. Bapak Epidemiologi, John Snow, merupakan salah satu pioner GIS menggunakan teknologi sederhana pada abad 19. Saat ini, GIS telah banyak dimanfaatkan, tidak hanya untuk analisis distribusi penyakit, tetapi juga untuk menilai aksesibilitas pelayanan kesehatan. Dengan didukung GIS organisasimerupakan teknologi untuk menghasilkan informasi yang mengacu pada lokasi (spasial) yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan. Analisisnya pun tidak hanya visualisasi peta tematik atau kasus, tetapi semakin maju dengan berbagai metode statistik yang semakin kompleks. Teknologinya pun semakin beragam, apalagi dengan semakin tersedianya peta raster di Internet (misalnya Google Earth). Dalam konteks inilah GIS menjadi semakin dibutuhkan di bidang kesehatan karena informasi kesehatan sangat terkait dengan aspek wilayah/keruangan
Sehingga, pertanyaan pentingnya adalah sudahkah tenaga kesehatan masyarakat kita (baik yang bekerja di dinas kesehatan, rumah sakit, lembaga pendidikan kesehatan masyarakat) memiliki kompetensi yang memadai tentang penerapan GIS untuk kesehatan?
. Dalam mengikuti perkembangan teknologi dan pemanfaatan GIS diperlukan sumberdaya manusia yang mampu mengoperasikan dan mengorganisasikan data kesehatan secara keruangan untuk keperluan analisis. Padahal, aaat ini banyak aplikasi yang gratis (freeware) dengan berbagai kelebihan dan kelemahan, disamping software komersil yang masih menjadi andalan untuk pengolahan data spasial.
Melalui pelatihan ini, peserta akan mendapatkan pemahaman dan wawasan yang luas mengenai prospek GIS kesehatan serta ketrampilan yang mendalam tentang teknologi yang digunakan. Kegiatan pelatihan ini juga dapat dijadikan ajang “klinik GIS kesehatan” untuk berkonsultasi dengan para instruktur tentang permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya di lapangan. Sehingga, salah satu keunggulan pelatihan ini justru terletak pada kekayaaan pengalaman peserta masing-masing terutama jika telah menyiapkan data sendiri-sendiri.

Tujuan

Peserta pelatihan mampu:
• Memanfaatkan dan Mengaplikasikan teknologi GIS untuk analisis data kesehatan di instansi masing-masing baik secara spasial atau temporal
• Mampu menganalisis dan memperoleh gambaran tentang data kesehatan secara keruangan
• Memanfaatkan berbagai software GIS untuk analisis data kesehatan secara keruangan
Sasaran Peserta
• Peserta dapat sebagai perseorangan baik praktisi, mahasiswa S1/S2/S3, Staf Dinas Kesehatan kab/kota/provinsi, pengajar, dan peneliti

Materi

Materi pelatihan yang akan diperoleh peserta antara lain adalah :
Materi dasar-dasar GIS
• Overview penerapan GIS di bidang kesehatan masyarakat
• Data spasial dasar dan prinsip pemetaan bidang kesehatan
• Jenis-jenis, sistem koordinat, cara memperoleh/membuat peta dan sumber perolehan data
• Penerapan dan pengelolaan data kesehatan di dinas kesehatan, aspek organisasioanl, kualifikasi SDM, finansial di dinas kesehatan
Software GIS meliputi :
• Pengenalan GPS dan metode pengumpulan data dengan GPS
• Epimap/epiinfo dan pemanfaatannya
• GISepi dan pemanfaatannya
• Google earth
Statistik mapping dan analisis data
• Input data sekunder ke dalam peta/data spasial
• Input data Excel, GPS, survei ke dalam data peta
• Penggunaan Geoda dan pemanfaatannya
• Penggunaan Satscan dan pemanfaatannya

Tiap materi menggunakan software akan diberikan latihan.studi kasus
Pembuatan peta kesehatan dalam kaitan dengan beberapa peta spasial serta contoh latihan data.

Fasilitas

Modul dan CD materi pelatihan
Sertifikat
Ruang ber AC
Akses internet
Instruktur berpengalaman
Snack
Lunch

Contact person :
Nia/Asti
Simkes Gd. IKM ll. 3 FK UGM
Telp/Fax : 0274 – 549432

“Naik naik ke puncak gunung
Tinggi tinggi sekali
Kiri kanan kulihat banyak pohon cemara”

Penggalan lagu tersebut seperti mengilhami kegiatan outbond bagi mahasiswa baru IKM TA. 2008/2009, khususnya bagi para mahasiswa minat SIMKES, KMPK, MAK dan MKO. Minggu, 19 Oktober 2008, seluruh mahasiswa baru beserta pengelola dan staf dari 4 minat tersebut mengikuti kegiatan outbound di kawasan wisata Kaliurang yang terletak di lereng Gunung Merapi. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan kerjasama yang baik antar mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Rombongan berangkat dari kampus tercinta IKM kurang lebih pada pukul 07.30 wib dan setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit, akhirnya rombongan tiba di Kaliurang. Alhamdulillah cuaca pada hari itu cukup mendukung, langit terasa teduh dan tidak terasa teriknya sinar matahari. Tanpa banyak basa basi, para instruktur mengajak para peserta outbond untuk memulai kegiatan ini dengan senam peregangan otot dan beberapa permainan ice breaking. Para peserta dibagi menjadi 12 kelompok dimana masing – masing kelompok dinamai dengan nama binatang (kutilang, macan, semut, ulat bulu, angsa, kuda, dll.). Setelah semua peserta siap, maka petualangan mengeliligi “hutan” pun dimulai. Sepanjang petualangan ini, ada empat pos yang harus dilewati. Di tiap – tiap pos ada tugas – tugas yang harus diselesaikan secara bersama – sama antar anggota tim. Kerjasama, kekompakan, dan kecepatan tim dalam menyelesaikan tugas dinilai oleh para instruktur. Semua tugas akhirnya dapat diselesaikan pada pukul 12.30. Raut wajah kelelahan dan kelaparan sudah tampak di wajah para peserta, namun keceriaan dan tawa masih tetap tersirat di wajah mereka.
Acara outbond ini diakhiri dengan acara makan siang bersama di RM. Morolejar. Dan akhirnya yang menjadi pemenang pertama untuk kegiatan outbond kali ini adalah kelompok KUTILANG (yang salah satu anggotanya adalah Pak Anis Fuad, pengelola akademik SIMKES ?). Tak terasa akhirnya waktu telah menunjukkan pukul 14.30 dan tiba saatnya untuk kembali pulang. Sampai bertemu di kegiatan outbond tahun depan. (Estu)