Pertemuan ke-4 pada rangkaian pelatihan “GIS on weekend” Sabtu lalu (23/08/08) menjadi puncak materi dalam pelatihan ini. Materi yang disampaikan kemarin adalah tentang aplikasi SIG EPI dan SaTScan. Kedua aplikasi tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk menganalisa data spasial kesehatan dengan segala kelebihan yang ada pada masing – masing aplikasi.

SIG Epi merupakan aplikasi SIG yang dikembangkan oleh Health Analysis Information and System-Pan American Heatlh Organization (HAIS–PAHO) yang dikhususkan untuk analisis spasial bidang epidemiologi. Dalam pengembangannya, PAHO bekerja sama dengan ESRI sehingga tidak mengherankan jika format data yang dapat dikelola adalah data shapefile (SHP). SIG Epi bermanfaat untuk individu yang fokus dan mempunyai perhatian masalah epidemiologi, kesehatan masyarakat, manajer, dan institusi terkait dengan kesehatan untuk pengambilan keputusan pada berbagai tingkat kewenangan.

Aplikasi SIG Epi ini mempunyai kelebihan pada kemampuan analisis data yang sudah menjadi satu kesatuan dalam program aplikasi ini, yaitu pada menu epi analisis. Menu ini memiliki beberapa aplikasi, yaitu mulai dari statistik deskriptif, korelasi, layanan kesehatan, dll.

SIG Epi dapat didownload secara bebas di url http://ais.paho.org:80/sigepi/dwld/SIGEpi_En.zip, Kelebihan yang ada di aplikasi ini adalah dapat menampilkan analisis data spasial secara otomatis dan tidak menggunakan aplikasi tambahan lainnya. Untuk 90 hari pertama, SIG Epi dapat digunakan secara gratis. Akan tetapi untuk mendapatkan fitur – fitur yang lengkap dan permanen, pengguna dapat membeli produk SIG Epi yang ber-license.

SIG Epi dapat dioperasionalkan pada sistem operasi Microsoft Windows 95/98/Me/NT/2000/Xp. Prosesor yang dibutuhkan minimal 486, prosesor pentium, atau lebih tinggi, dan mempunyai memori 128 MB (tersedia kapasitas yang belum terpakai sebesar 40MB).
Aplikasi SaTScan digunakan untuk menganalisa secara statistik untuk data spasial, temporal, dan waktu. SaTScan didisain untuk beberapa tujuan, yaitu:

  • Mengevaluasi kluster penyakit secara spasial atau ruang-waktu, untuk melihat signifikansinya secara statistik.
  • Menguji apakah penyebaran suatu penyakit bersifat acak lintas spasial, waktu, atau lintas ruang-waktu.
  • Menampilkan surveilans geografis suatu penyakitnya, mendeteksi daerah dengan angka kejadian tingga atau rendah secara signifikan..
  • Menampilkan surveilans penyakit yang berulang secara periodik untuk deteksi awal kejadian luar biasa suatu penyakit.

Untuk menampilkan hasil analisis SaTScan dalam peta, kita dapat menggunakan aplikasi Epi-Info ataupun ArcView-GIS.

Rangkaian pelatihan GIS on Weekend di bulan Agustus 2008 ini telah berakhir. Namun, SIMKES UGM berencana akan mengadakan pelatihan ini kembali setelah bulan Ramadhan. Jadi bagi para calon peserta yang kemarin belum sempat mengikuti pelatihan ini, jangan khawatir kesempatan untuk menjadi ahli SIG masih terbuka lebar.

Dari hari ke hari minat para praktisi kesehatan masyarakat terhadap SIG semakin besar. Hal ini ditengarai dengan semakin banyaknya peserta yang ingin mengikuti pelatihan SIG yang diselenggarakan oleh SIMKES. Pada pertemuan ketiga yang mengusung tema “Thematic Mapping”, peserta diajak untuk mempelajari tentang cara membuat peta tematik. Pembuatan peta tematik ini dapat dilakukan dengan mengkonversi data SHP (Shapefiles) yang kita miliki ke bentuk kml (Google Earth), sehingga bisa ditampilkan sebuah peta lokasi yang terlihat jelas melalui aplikasi Google Earth.

Shapefiles atau biasa disingkat SHP merupakan format vektor (format proprietary open specification) yang dikeluarkan oleh perusahaan ESRI, yaitu perusahaan aplikasi yang telah lama bergelut di bidang SIG (ArcInfo, ArcView, ArcIMS, dan ArcGIS). Format ini memiliki tiga bentuk ekstensi, yaitu:

  1. Main file: *.shp
  2. Index file: *.shx
  3. DBase file: *.dbf

Konversi data dari format SHP menjadi data kml dapat dilakukan dengan beberapa cara. Beberapa paket software telah menyediakan aplikasi konversi ini, antara lain Arc GIS 9.2, Arc view GIS 3x (extension), DNR Garmin 5.3, Mapwindow 45CF dengan plug in Shape2earth 1.45.01, Shp2kml, dll. Pada dasarnya, aplikasi-aplikasi tersebut mempunyai kemiripan, yaitu untuk menghasilkan data kml dari format SHP.

Software berbasis aplikasi SIG menyediakan konversi data dari beberapa format data spasial. Dengan demikian untuk proses konversi ini dibutuhkan program aplikasi utama untuk mendapatkan fasilitas konversi data ini, misalnya fasilitas konversi di ArcGIS, Arcview, DNR garmin, Map Windows, GPS Trackmaker. Namun ada satu aplikasi yang relatif mudah digunakan tanpa harus menginstal program utama karena program aplikasi ini bersifat mandiri, yaitu dengan menggunakan aplikasi Shp2kml. Konversi data dapat dilakukan pada tiga tipe data, yaitu data titik, garis, dan area.

Aplikasi ini dikembangkan oleh zoonum dan dapat di download pada url berikut http://www.zonums.com:80/files/Shp2kml.zip. Setelah download selesai, unzip shp2kml.zip menjadi file aplikasi shp2kml.exe

Selamat mencoba 🙂

PELATIHAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
UNTUK KESEHATAN MASYARAKAT

2, 9, 16. dan 23 Agustus 2008
Gedung Radioputro FK UGM Yogyakarta

Waktu Tema Materi

2 Agustus 2008
08.00 – 15.00 WIB

Penerapan SIG untuk kesehatan

Overview SIG Kesehatan
Perangkat SIG (Epimap/EpiInfo, Geoda)
Pengenalan GPS
Studi Kasus

9 Agustus 2008
08.00 – 15.00 WIB

Data spasial dasar untuk pemetaan kesehatan

Jenis dan penggunaan data spasial
Jenis data yang diperoleh dari GPS
Cara memperoleh data (vektorisasi, digitasi)
Google Earth I
Studi kasus

16 Agustus 2008
08.00 – 15.00 WIB

Pemetaan tematik (Tematic mapping)

Membuat peta tematik kesehataan (Epimap, Geoda)
Arc view virtual campus
Pemetaan
Google Earth II
Studi kasus

23 Agustus 2008
08.00 – 15.00 WIB

Analisis data spasial

Analisis data Geoda
Analisis data dengan faktor determinan lingkungan
Google Earth III
Studi Kasus

Instruktur:

Prof. dr. Hari Kusnanto, Dr.PH. (Direktur Program Pascasarjana IKM FK UGM)
Anis Fuad, DEA. (Dosen di Minat SIMKES, S2 IKM UGM, Konsultan Sistem Informasi Kesehatan)
Sunardi, M.Kes (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo)
Sugeng Hariyanto (Programmer di Minat SIMKES UGM)
Adi Widagdo (Peneliti Pusat Studi Bencana Alam UGM)

Biaya Pelatihan:

Jumlah Pertemuan
Umum
Mahasiswa S2
Mahasiswa S1
1x
2x
3x
4x
Rp 250.000,-
Rp 450.000,-
Rp 650.000,-
Rp 850.000,-
Rp 200.000,-
Rp 350.000,-
Rp 500.000,-
Rp 650.000,-
Rp 125.000,-
Rp 200.000,-
Rp 275.000,-
Rp 350.00,-

NB.
Peserta dapat memilih utuk mengikuti 1 atau beberapa pertemuan saja.
Diskon 10% bagi peserta yang membawa laptop sendiri.

Untuk info lebih lengkap, klik disini untuk download leaflet dan formulir pendaftaran

Contact person:
Estu / Nia
Minat Sistem Informasi Manajemen Kesehatan UGM
Gedung IKM Lt. 3
Jln. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp/fax: 0274 – 549432

Untuk mencapai sesuatu memang diperlukan suatu usaha yang keras dan pengorbanan. Jalan yang harus dilalui pun ada yang lurus – lurus saja tetapi ada juga yang berliku – liku. Semua itu tergantung pada bagaimana usaha cara kita dalam menjalaninya. Besar harapan kami dari pengelola SIMKES, semua mahasiswa dapat menyelesaikan tesisnya dengan baik dan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Dalam kurun waktu dua minggu, enam mahasiswa SIMKES ’07 telah disetujui proposal penelitiannya dalam seminar proposal mereka. Mereka adalah Pak Muslim, Pak Farid, Pak Haris, Pak Susilo, Pak Kartiawan, dan Ibu Desak. Topik dari mahasiswa ini sangat beragam dari analisis spasial, sistem surveilans, e-learning, pengembangan sistem informasi, hingga tentang SIKNAS Online. Para kakak kelas (SIMKES ’05 dan ’06) pun satu persatu namun pasti telah memasuki tahap seminar hasil dan ujian tesis akhir, empat diantaranya siap diwisuda pada bulan Juli ini.

Untuk Bu Desak, kita patut untuk memberikan salut kepadanya karena meski sedang menjalani masa kehamilan yang semakin menua, namun Bu Desak tetap bersemangat dalam mengerjakan tesisnya. Tak pernah terlihat raut wajah kelelahan darinya karena harus berkali – kali mengunjungi kantor SIMKES di lantai 3 untuk berkonsultasi kepada Pak Anis dan juga kepada Pak Surahyo yang berkantor di Inixindo, daerah Timoho. Langkahnya tidak akan terhenti sampai di situ, sekarang dia menyiapkan diri untuk melaksanakan penelitiannya. Semoga sebelum Bu Desak melahirkan, penelitiannya sudah selesai. Good luck everybody!!

Tanggal 12 Juni 2008, pagi hari, ketika kedua jarum menunjuk pada angka 6 sebanyak 3 orang dari Simkes UGM melakukan studi banding system informasi kesehatan di Dinkes Kabupaten Ngawi dengan kuda hitam (AB XXXX LB). Dengan 115 tenaga kuda matapun tersilap pada garis lurus tanpa putus, alhasil siulan peluit penegak hukum setempat sempat membuat kami menjadi tersangka, tapi sepertinya mereka tahu kalau pengejaran yang mereka lakukan akan sia-sia dengan dengan kecepatan kuda kami, Tujuan dari perjalanan ini adalah melakukan studi banding untuk memadukan program KIA Swasta dan pemerintah. Kami sangat tertarik dengan keberhasilan sistem informasi kesehatan yang telah online di seluruh puskesmas dan kelengkapan data program KIA swasta dan pemerintah. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dr. Pudjo yang didampingi oleh Sekretariat (Bu Sri), Seksi kesehatan reproduksi (Ibu Gunati), Seksi informasi kesehatan(Pak Pur), dan Bu Paulin memberikan sambutan yang hangat setibanya kami sampai di Kab. Ngawi.

Cakupan K1 dan K4 telah terpenuhi sejak tahun 2004. Hal ini didasari oleh rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi dari setiap bidan untuk melaporkan secara rutin, sekaligus secara proaktif menjemput bola dari Rumah Bersalin dan Sp.OG sejak awal. Hal ini tidak lepas dengan peran organisasi Ikatan Bidan Indonesia di Kab. Ngawi yang sangat kuat. Dinkes Kab. Ngawi dalam menigkatkan kualitas pelayanan di bidang KIA, melakukan integrasi Sp.OG yang ikut terjun di 7 puskesmas 1 minggu sekali dan mewajibkan ibu hamil untuk periksa mnimal 1 kali. Perlu diketahui bahwa Sp.OG hanya terdapat 2 orang, dan mereka bersedia untuk dihubungi 24 jam. Sebagian besar bidan adalah pegawai puskesmas, sehingga merupakan satu kesatuan antara BPS dan Pusat Kesehatan Masyarkat. Dengan terus melakukan inovasi-inovasi mandiri pencatatan dan pelaporan secara bertahap, hal tersebut lebih mempermudah bagi bidan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan. Dengan software yang dibuat secara mandiri, hal-hal yang dibutuhkan pun akan sangat sesuai dan dengan “kesederhanaan” software yang digunakan para tenaga kesehatan yang baru belajar lebih mudah untuk mengoperasikannya. Dan tak lupa sms gate yang masih dalam tahap pengembangan. Hal lain yang menarik masyarakat untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas sebagai pelayanan kesehatan primer adalah adanya system rujukan ke rumah sakit yang dikaitkan dengan regulasi pembiayaan dengan tarif puskesmas.

Kabupaten Ngawi yang notabene kota kecil memiliki koordinasi bidan dan inovasi yang sangat baik. Hal ini terlihat dari koordinasi dengan memiliki subkordinator yang membawahi 2 puskesmas yang bertugas sebagai tenaga pelayan puskesmas dan pembinaan fisik, administrasi dan manajemen. Bahkan yang sempat membuat kami kaget adalah pembagian wilayah yang memiliki 17 ranting. Sedangkan Kab. Sleman sebagai kota yang cukup padat hanya dibagi 3 ranting. Inovasi lain dari Dinkes untuk terus menghidupkan kader adalah dengan memberikan system reward jika menemukan ibu hamil dan melaporkannya, selain itu rumah ibu hamil tersebut juga diberi tanda berupa papan gantungan dan stiker. Tapi hal ini terkait dengan kehidupan social yang sangat mendukung. Sehingga jika terdapat ibu hamil di desanya atau bumil pendatang dari luar wilayah, langsung dilaporkan. Berbeda dengan kehidupan masyarakat Kabupaten Sleman yang bersifat individual dan pendatang yang sangat banyak.

Setelah bertukar pikiran dengan pihak Dinkes dan Subkor Bidan, kami melanjutkan perjalanan ke 2 Puskesmas. Dari 2 puskesmas tersebut, terlihat semangat setiap individu untuk terus maju dalam informasi kesehatan. Terdapat kiat-kiat yang membuat kami takjub dari kepala puskesmas Mantingan (drg. Endah M.Si). Kenapa computer di puskesmas ini begitu banyak. Ternyata komputer-komputer tersebut selain digunakan untuk operasional, hal tersebut digunakan untuk menumbuhkan rasa ingin maju bagi seluruh pegawai puskesmas dan tak pernah bosan-bosan untuk terus melakukan pelatihan. Bahkan dibuat protap dalam penggunaan komputer itu sendiri, sehingga perawatan terus terjaga.

Di beberapa puskesmas, SIMPUS ELEKTRONIK versi 2007 sudah mulai dioperasikan. Dengan SIMPUS ELEKTRONIK 2007 diharapkan pasien tinggal duduk manis di kursi yang telah disediakan sambil menunggu nomer antrian mereka dipanggil. Namun di Puskesmas Mantingan, belum bersedia untuk menggunakan SIMPUS ELEKTRONIK 2007 karena data lama yang sudah ada yang diharapkan sudah terdapat pada software tersebut belum dapat terpenuhi. Selain itu sudah diterapkan pemetaan terintegrasi di software sehingga user tinggal klik sja, sudah mendapatkan informasi actual dalam bentuk pemetaan.

Setelah soto ayam Ngawi dengan accesoris gorengannya mengisi perut yang sudah cukup keroncongan ini, kami berpamitan dan meluncur kembali ke kota Gudeg diiringi lampu-lampu bintang. (Hafizh)

PS: Berita tentang kunjungan ke Dinkes Ngawi juga terdapat pada:

http://anisfuad.wordpress.com/2008/06/16/berkunjung-ke-ngawi