DHIS2 Workshop pada Forum Informatika Kesehatan Indonesia 2017

Kegiatan Workshop DHIS2 dilaksanakan pada tanggal 5-7 November di Hotel Mercure Surabaya. Dihadirkan dalam kegiatan ini 5 orang pengelola SIK provinsi, 10 orang pengelola SIK kabupaten/kota serta konsultasi SIK, juga perwakilan dari Center of Excellent. Pengelola SIK provinsi yaitu provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan dan Maluku. Pengelola SIK kabupaten/kota dan konsultan SIK yaitu Labuhanbatu, Deliserdang, Tulungagung, Kab. Malang, Lombok Barat, Lombok Timur, Kota Parepare, Kota Makassar, Seram Bagian Barat dan Kota Ambon. CoE yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Airlangga dan Universitas Hasanudin.
Kegiatan Hari pertama pada tanggal 6 dimulai dengan pidato sambutan dari perwakilan WHO Indonesia yaitu Ibu Salma, Bapak Yudianto Singgih perwakilan Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI dan Prof Jorn Braa dari Tim Oslo University.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI dalam sambutannya mengungkapkan bahwa sistem informasi kesehatan yang terintegrasi untuk menghasilkan satu data yang terkonsolidasi dan terorganisir antar wilayah sangat diperlukan untuk perencanaan pembangunan kesehatan. DHIS2 dikembangkan oleh Universitas Oslo, DHIS2 digunakan di Indonesia untuk mengintegrasi berbagai platform sehingga informasi kesehatan dapat digunakan secara efektif untuk pengambilan keputusan, DHIS2 mendukung pelaporan data agregat statistik dari kabupaten ke provinsi dan juga penyajian data dari provinsi ke tingkat nasional. DHIS2 juga memiliki kemampuan untuk integrasi data dari berbagai sumber. Oleh karenanya, melalui pembiayaan proyek GF HSS ini implementasi DHIS2 digunakan untuk mengintegrasikan data dari SIHA, SITT, SISMAL, eLogistik, Komdat, SIKDA, dan lain-lain.

DHIS2 sedang diimplementasikan di 10 kabupaten/kota di 5 provinsi melalui pembiayaan GF HSS. Pengalaman yang berbeda ditemukan dalam pelaksanaan di tiap daerah. Disampaikan juga bahwa 10 kabupaten/kota tersebut merupakan kabupaten /kota laboratorium untuk penguatan sistem informasi kesehatan sehingga sangat perlu didokumentasikan dengan baik agar menjadi pembelajaran bagi rencana replikasi implementasi DHIS2 ke kabupaten/kota di 23 provinsi lain.

Disampaikan juga tujuan kegiatan ini adalah untuk mendesimenasikan update situasi terkini dan koordinasi implementasi DHIS2 dalam memperkuat sistem informasi kesehatan di Indonesia. Luaran yang diharapkan dari workshop ini adalah: (1) Terdiseminasinya implementasi DHIS2 dalam sistem informasi kesehatan di Indonesia, dan (2) Teridentifikasinya rekomendasi-rekomendasi yang diperlukan dan best practice untuk menyusun rencana kerja ke depan dalam rangka implementasi DHIS2 dalam sistem informasi kesehatan di Indonesia. Melalui workshop ini diharapkan dapat menjadi media alih pengetahuan, berbagi pengalaman, dan fasilitasi oleh konsultan DHIS2 dari Universitas Oslo.
Perwakilan dari WHO mengungkapkan bahwa tanpa data yang berkualitas, kita bagaikan berjalan dalam kegelapan, oleh karena itu WHO sangat fokus mendukung kegiatan ini. Pusdatin juga menyampaikan dukungan pemerintah untuk meningkatkan kualitas, penggunaan data dan infrastruktur serta meminta dukungan selalu kepada Oslo University dalam pendampingan teknis terkait DHIS2.

Implementasi DHIS2 di 10 kabupaten/kota didiskusikan dalam workshop ini, beberapa isu menarik dari implementasi tersebut antara lain:

  1. Dinas Kesehatan memerlukan dukungan kebijakan dari pusat (setidaknya surat edaran) untuk mengimplementasikan DHIS2 diperlukan oleh daerah sebagai dasar untuk mengalokasikan sumber daya, terutama jika dukungan GF sudah berakhir.
  2. Data transaksi yang di level Pusesmas kunci penting untuk mengintegrasikan data ke berbagai sistem informasi lain, termasuk DHIS2. Aplikasi SIM Puskesmas dikembangkan untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan transaksi data (ePuskesmas, SIKDA Generik).
  3. Infrastruktur dan kondisi geografis menjadi tantangan bagi implementasi DHIS2 (di SBB). Mekanisme update data secara manual masih diperlukan untuk diintegrasikan pada DHIS2 (format kertas dan Excel).
  4. Alokasi anggaran deerah melengkapi cakupan implementasi di level Puskesmas terutama untuk transaksi data berbasis elektronik. Maupun kegiatan SIK lainnya (smart city). Diperlukan integrasi sistem Puskesmas dengan DHIS2 untuk mempermudah update data di DHIS2.
  5. Analisis dan visualisasi informasi apa yang perlu ditampilkan perlu dibuatkan SOP khusus agar dapat dijadikan panduan bagi pembuatan dashboard.

Tanggapan dari WHO setelah melihat pengalaman di lapangan dari presentase poster implementasi DHIS2 oleh kabupaten yaitu WHO siap memberikan dukungan untuk dokumentasi kegiatan DHIS2 di Provinsi/Kabupaten . Masalah yang disampaikan kabupaten/kota didengar oleh pihak luar yang bisa menjadi donor untuk dukungan implementasi DHIS2. Oleh karena itu perlu dokumentasikan dan dipublikasikan sehingga dapat menarik dukungan donor agency. Prof. John Braa menyampaikan manfaatkan dashboard DHIS2 sebagai daya ungkit untuk memaksimalkan penggunaan data dan informasi. Dari pengalaman tersebut, berikut lesson learned implementasi DHIS2:

  1. Fase pre-implementasi dimulai dari pilot implementation di Yogyakarta. Dari pengalaman tersebut, beberapa kegiatan capacity building dilakukan dalam rangka mempersiapkan DHIS2 Indonesia. Beberapa output penting dari fase pre-implementasi ini adalah terbentuknya standar data element, organization unit, data set, dan konsep integrasi antar sistem informasi yang telah digunakan di Indonesia.
  2. Fase roll out di Provinsi dan Kab/Kota merupakan aspek penting dari pengenalan DHIS2 di Dinas Kesehatan. Melalui kegiatan roll out didapatkan standar implementasi DHIS2 setidaknya mencakup hal-hal berikut:
    • Menganalisis ketersediaan data, alur pelaporan, unit organisasi yang terlibat dalam proses tersebut
    • Pelatihan penggunaan sistem bagi semua pemegang program di Dinas Kesehatan, menggunakan
    • Advokasi lintas sektor yang melibatkan stakeholder dari instansi lain
  3. Kesinambungan penggunaan di daerah pilot implementasi yang semestinya melibatkan program-program untuk menggunakan DHIS2 untuk mengintegrasikan data.
  4. Kesinambungan dari penggunaan DHIS2 dapat dilihat dari beberapa peluang berikut:
    • Skalabilitas dari penggunaan DHIS2 di semua dinas kesehatan di Indonesia
    • Peluang pendanaan dari berbagai donor lain, sehingga pengalaman dan output dari kegiatan sekarang ini perlu didokumentasikan dengan jelas.
    • Daerah pilot implementasi menjadi mentor bagi dinas kesehatan lain untuk mengimplementasikan DHIS2
    • Implementasi secara mandiri bagi Dinas Kesehatan yang siap
    • Pendampingan dan dukungan teknis bagi implementasi di Dinas Kesehatan, mekanisme yang jelas.
    • Integrasi sistem-sistem lain di level Pusat dengan DHIS2 (SDMK, Yankes, dll)

Aplikasi DHIS2 saat ini sudah sampai versi 2.8, dimana terdapat beberapa fitur baru yang lebih menarik untuk visualisasi informasi kesehatan. Fitur baru dalam DHIS2 disampaikan oleh Wilfred dari Oslo University

  1. Modul Analytics berupa fungsi drill down pada Pivot table dan visualisasi yang lebih interaktif, modul GIS dengan penambahan layer ketinggian (altitude).
  2. Modul Maintenance digunakan untuk fungsi-fungsi setting dimasukkan dalam DHIS2 seperti setting validation rule. Beberapa fitur yang baru antara lain Push analytics yang digunakan untuk mengirimkan dashboard dalam bentuk pdf melalui email secara berkala
  3. Access dashboard menggunakan mobile menjadi fitur

Kegiatan workshop didesain secara menarik, termasuk pesan-pesan Germas untuk peregangan setiap jam 10.00 dan 14.00.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.