Rangkaian FIKI hari terakhir ditutup dengan WHO Side Meeting yang diselenggarakan pada 25 April 2013 bertempat di Gedung G, Universitas Dian Nuswantoro. Kegiatan ini diikuti oleh WHO (Jyotsna Chikersal, Jason F. Pickering), Prof. Jorn Braa (University of Oslo), University of the Philippines Manila – National Telehealth Center (Christine A. Ceblano dan Alex Gavino), PUSDATIN Kementerian Kesehatan RI, perwakilan Dinas Kesehatan di Jawa Tengah dan DIY (Dinkes Jawa Tengah, Dinkes Wonosobo, Dinkes Provinsi DI Yogykarta, Dinkes kota Yogyakarta, Dinkes Kota Yogyakarta, Dinkes Kab. Gunungkidul, Dinkes Kab. Bantul), FKM UDINUS, SIMKES UGM, vendor SIMPUS, dll.

Side meeting kali ini bertujuan untuk mendiskusikan potensi pemanfaatan DHIS2 di Indonesia sekaligus sharing knowledge dari narasumber serta pengalaman dari Tim Jogja yang sebelumnya telah melaksanakan workshop kustomisasi aplikasi DHIS2 di Provinsi DI Yogyakarta. Adapun agenda pertemuan dalam WHO Side Meeting kali ini yaitu

Sesi 1. History and lesson learneds of DHIS2

Sesi 2. Knowledge Sharing

Sesi 3. Group Discussion

Sesi diskusi ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi mengenai potensi pemanfaatan DHIS2. Di dalam sesi ini, peserta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu tim Government dan tim teknis. Notulensi hasil diskusi dapat didownload disini.

Salah satu yang menarik didiskusikan di FIKI 2013 Semarang yang diselenggarakan oleh Universitas Dian Nuswantoro adalah workshop health data standard. Workshop yang didukung oleh WHO Indonesia ini memaparkan pentingnya Indonesia dalam menyusun Health Data Standard (HDS) sesuai dengan kebutuhan spesifik negara. WHO sendiri dalam pemaparan oleh Jyotsna Chikersal (WHO-SEARO) menyebutkan inline-nya penyusunan HDS ini terhadap upaya global dalam Commission on Information Accountability (COIA), dimana penekanannya adalah pada sistem informasi kesehatan skala nasional. Jika dijabarkan lebih lanjut terdapat aspek inovasi (penggunaan teknologi informasi), dimana aspek standardisasai data menjadi aspek penting memperkuat sistem informasi kesehatan nasional. Disini peran HDS menjadi penting. Beberapa langkah pembentukan HDS di Indonesia antara lain:

  1. Develop national eHealth architecture
  2. National portfolio of health data standard
  3. Enforce data standard
  4. E-Health capacity building
  5. Ongoing collaboration with all stakeholders

Menurut narasumber dari Kementrian Kesehatan (Rudy Kurniawan), Kementrian Dalam Negri dan Kementrian Kominfo (Teguh Arifiandi) beberapa aspek telah dipersiapkan antara lain:

  • Assessment E-health untuk skala pusat menggunakan tools assessment COIA tools yang menunjukkan aspek kekuatan dan kelemahan sistem informasi kesehatan.
  • Beberapa aktivitas telah dilakukan yang mengarah pada HDS yaitu pembuatan minimum dataset
  • Beberapa standar telah diadopsi, mulai dari standard diagnosis medis (ICD-10) dan protokol pertukaran data (HL-7)
  • Infrastruktur data center dalam proses pembangunana, dimana jaringan SIKNAS Online telah tersedia sejak beberapa tahun lalu.
  • Regulasi penguatan sistem informasi kesehatan telah dibuat yang berupa PP terkait SIK, Road Map, dan Pedoman SIK
    – Tatakelola: core team, working group
    – Working group SNI akan mengambil
    – Standard internasional: ICD-10, kode fasilitas kesehatan (hospital and primary health center), MoU with Mendagri to use National ID
    – Standar reporting yang conventional (SP2TP dan SIRS)
    – Aplikasi: SIKDA Generik Puskesmas, SIMRS Generik
    – SDMX-HD for reporting systems dan HL7 for individual interoperability
    – Paling tidak bagus adalah keamanan/security aspects

Menindaklanjuti kolaborasi antara Fakultas Kedokteran UGM dan University of Oslo, Norwegia maka diselenggarakan pelatihan dan kustomisasi aplikasi District Health Information System (DHIS2) oleh Minat SIMKES S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UGM. DHIS2 merupakan suatu aplikasi Bank Data berbasis web yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, analisis dan presentasi indikator kesehatan suatu daerah. Dalam pelatihan ini, University of Oslo menunjuk tim dari HISP India untuk memfasilitasi proses pelatihan dan kustomisasi DHIS2 kepada petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota, Puskesmas serta staf SIMKES.

Pelatihan ini melibatkan 5 Dinkes Kabupaten/Kota (Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, Yogyakarta) dan Dinkes Provinsi DI Yogyakarta mulai tgl 8 – 22 April 2013 bertempat di Lab SIMPELKES, Ged. Radiopoetro Lt. 1 Fakultas Kedokteran UGM. Aktivitas pelatihan meliputi pemberian pelatihan dan kustomisasi DHIS2 dengan case study pelaporan kesehatan Ibu dan Anak di DI Yogyakarta. Proses kustomisasi yang dilakukan meliputi: Read more